haloooooooo

Kamis, 30 Juni 2011

Ketegangan Memuncak, Libanon Desak Akhir Perang Media


BEIRUT (Berita SuaraMedia) - Kabinet Libanon telah mendesak partai politik yang sedang bersaing untuk terlibat dalam dialog di tengah meningkatnya perang kata antar kamp Perdana Menteri Saad Hariri dan Hizbullah telah menimbulkan kekhawatiran kekerasan sektarian.
"Kabinet bersikeras pada kebutuhan untuk mengakhiri perang media, untuk melindungi lembaga negara dan memilih untuk melakukan dialog," kata Menteri Informasi Tarek Mitri setelah anggota pemerintah persatuan bertemu awal pekan ini.
Pertukaran kecaman antara koalisi Hariri yang didukung Barat dan  Hizbullah yang didukung Saudi serta sekutu-sekutunya terutama berhubungan dengan penyelidikan oleh pengadilan yang didukung PBB atas kasus pembunuhan ayah Hariri, Rafiq Hariri, yang meninggal dalam serangan bom tepi laut pada tahun 2005.
Pengadilan tersebut dilaporkan dibuat untuk melibatkan Hizbullah dalam pembunuhan yang, pada saat itu, mengundang kecaman internasional dan memaksa Syiria untuk menarik pasukannya dari Libanon setelah kehadirannya di sana selama 29 tahun.
Hizbullah, yang didukung oleh Syiria dan Iran, telah mengatakan mereka tidak akan berpangku tangan jika ada anggota yang akan terlibat dan telah menyebut pengadilan tersebut sebagai plot Israel.
Dalam sebuah unjuk kekuatan di akhir pekan, pihak militan dasarnya mendorong untuk masuk ke bandara internasional Beirut untuk mengawal mantan kepala dinas keamanan negara yang dicari untuk diinterogasi sehubungan dengan komentar baru-baru ini yang mengangkat ketegangan lebih lanjut.
Brigadir Jenderal Jamil Sayyed, yang ditahan selama empat tahun tanpa dakwaan sehubungan dengan pembunuhan Hariri, awal bulan ini menuduh (Saad) Hariri menjual darah ayahnya untuk menjebak Syiria atas pembunuhan itu dan mendesak Libanon untuk menggulingkan pemerintah.
Komentarnya membuat jaksa tinggi negara untuk memanggilnya untuk diinterogasi tapi Sayyid telah menantang kelegalitasan panggilan tersebut.
Hariri, yang sedang bersiap-siap untuk berpidato di hadapan bangsa minggu ini, mengatakan pada hari Selasa, setelah pertemuan kabinet bahwa ketegangan politik Libanon yang semakin meningkat telah memberikan citra buruk dan menimbulkan kekhawatiran kerusuhan sipil.
"Negeri ini telah tenggelam dalam perang kata-kata dalam beberapa pekan terakhir," katanya. "Rakyat Libanon yang sangat cemas dan beberapa pihak percaya bahwa kami berada di tepi sebuah gelombang kehancuran baru.
"Ini bukan gambaran yang ingin kita hadirkan kepada dunia."
Koalisi mayoritas di parlemen Hariri mengatakan bahwa insiden yang melibatkan Hizbullah di bandara sebagai "invasi."
"Apa yang terjadi adalah serangan atas martabat negara, dan dalam gaya cocok untuk sebuah geng bersenjata," kata aliansi 14 Maret dalam sebuah pernyataan.
Surat kabar Al-Hayat pada hari Selasa waktu setempat mengutip sumber mengatakan bahwa Damaskus sangat khawatir tentang kejadian di bandara pada hari Sabtu tersebut, menambahkan bahwa itu telah sangat merusak citra Hizbullah serta sekutu-sekutunya.
Ketegangan antara Gerakan Masa Depan dan Hizbullah meningkat setelah pengawal bersenjata Hizbullah menerima Sayyed pada Bandar Udara Internasional Rafik Hariri Beirut tanpa izin yang diperlukan dari Departemen urusan Luar Negeri.
Sayyed, yang baru saja kembali dari Perancis, dipanggil oleh Jaksa Agung Hakim Said Mirza untuk diinterogasi setelah  laporan 12 September, di mana ia menyerang Hariri. Hizbullah pada hari Jumat meminta pengadilan untuk membatalkan panggilan tersebut.
Sumber itu juga mengatakan kepada harian tersebut bahwa "keprihatinan eksternal tersebut akan memberikan tekanan pada pihak Libanon untuk menjadi tenang dan mematuhi pemulihan hubungan Saudi - Syiria."
Bersama dengan 3 jendral lain Sayyed ditahan pada tahun 2005-2009 karena dicurigai terlibat dalam pembunuhan mantan PM Rafik Hariri. Pada bulan April 2009, Pengadilan Khusus untuk Libanon (STL) memerintahkan pembebasan mereka tanpa tuduhan karena bukti yang tidak cukup. Jaksa STL menegaskan pada saat mereka menetapkan bahwa pembebasan mereka tidak berarti mereka tidak bersalah dan bahwa jika ada bukti yang cukup mereka bisa saja kembali ke penjara. (iw/meo/yn) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More